Toyota akan Lihat Hasil Penjualan April untuk Tentukan Revisi Target – Berita Otomotif
blesscar.co.id –
JAKARTA – Eksekutif Toyota Indonesia mengatakan hasil penjualan April turut menjadi acuan mereka dalam memutuskan revisi target volume maupun pangsa pasar, di tengah pandemi virus Corona.
Seperti diketahui, pasar mobil Indonesia tahun ini menurut proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia anjlok sekitar 40 persen dibandingkan pada 2019. Gangguan ekonomi dan daya beli masyarakat akibat pandemi Corona menjadi penyebabnya.
Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT. Toyota Astra Motor (TAM), menjelaskan proyeksi Gaikindo memang menjadi salah satu acuan skenario mereka dalam mengubah target penjualan 2020. Namun, bukan berarti Toyota juga langsung mengoreksi target penjualan sebanyak 40 persen.
“Kami masih menunggu pasar April,” ucap dia kepada Mobil12.com via pesan singkat pada Selasa (5/5/2020) sore.
Anton sudah bisa memastikan penjualan April kemarin akan turun dibandingkan Maret. Akan tetapi, dia mengaku saat ini Toyota belum selesai melakukan rekapitulasi data.
Pasar April menurut Anton penting untuk menjadi tolok ukur. Banyak faktor penentu laju pasar terjadi pada bulan ini.
“Di April semua hal ada. Selain Covid-19, ekonomi, leasing, dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),” tandasnya.
Secara pangsa pasar, Toyota masih mengincar raihan di atas 30 persen pada 2020. Detail persentase tidak ia sebutkan.
“Kami fokus mempertahankan posisi nomor satu dan market share (pangsa pasar) di atas 30 persen,” tegasnya.
Pada 2019, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota merengkuh 32,2 persen pangsa pasar secara wholesales. Adapun total pasar saat itu ialah 1.030.126 unit.
Sementara itu, untuk penjualan retail, Toyota merebut 31,7 persen pasar. Total pasar retail mencapai 1.042.994 unit.
Pandemi virus Corona sendiri diketahui berada di Indonesia ketika pemerintah mengumumkannya pada 2 Maret silam. Pandemi menyebabkan pemerintah merevisi target pertumbuhan penjualan antara minus 0,4 persen sampai 2,3 persen tahun ini, turun jauh dari 5,2 persen pada tahun sebelumnya.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga terdampak. Skenario terburuk pemerintah yang sekuat tenaga dihindari ialah antara Rp 17.000 – 20.000 per dollar AS. Saat ini, nilai tukar bertahan di level Rp 15.000-an per dollar AS. [Xan/Ari]